Punya Presdir Baru, Eramet Siap Perkuat Industri EV & Transisi Energi RI

2 hours ago 3
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Perusahaan tambang dan metalurgi asal Prancis, Eramet resmi memperkenalkan Presiden Direktur Eramet Indonesia yang baru, Jérôme Baudelet. Jérôme efektif menggantikan Bruno Faour per September 2024.

Di bawah kepemimpinan yang baru, Eramet siap menjadi mitra strategis pemerintah dalam mendukung pengembangan industri kendaraan listrik (EV) dan target transisi energi RI.

"Eramet melihat peluang besar di Indonesia dalam rantai pasok industri electric vehicle (EV). Dengan keahlian kami pada bidang pertambangan mineral kritis yang bertanggung jawab, kami berkomitmen untuk menjadi mitra strategis pemerintah Indonesia dalam mendukung transisi energi global," ujar Jérôme Baudelet dalam keterangan tertulis, Jumat (20/9/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui Jérôme Baudelet sudah menapaki karier di Eramet selama lebih dari dua dekade, dimulai sebagai Analis Pasar di Eramet USA pada tahun 1994. Ia kemudian menempati berbagai posisi manajerial di Taiwan, China, dan Prancis sebelum menjadi Direktur Sales dan Marketing Nickel dan Lithium sejak 2013.

Dengan pengalaman global yang luas di industri nikel dan baja tahan karat, Baudelet membawa visi kuat untuk mendorong Eramet Indonesia menjadi mitra strategis pemerintah dan menjadi salah satu pemain kunci di ekosistem EV global.

Eramet di Indonesia

Eramet telah hadir di Indonesia sejak tahun 2006, dimulai dari proses eksplorasi di Halmahera, Maluku Utara. Pada tahun 2017, Eramet bermitra dengan Tsingshan, membentuk perusahaan patungan (joint venture), yaitu PT Weda Bay Nickel. Dalam struktur kepemilikan WBN, Strand Minerals memegang kepemilikan saham sebesar 90%, yang terdiri dari Eramet (43%) dan Tsingshan (57%). Sisanya, 10% besaran saham dimiliki oleh PT Antam Tbk, mewakili Pemerintah Indonesia. Melalui kemitraan strategis ini, Eramet membawa keahlian teknis dalam pengelolaan tambang yang berstandar internasional dan berkontribusi pada pengembangan industri nikel Indonesia yang berkelanjutan.

Perusahaan mencatatkan kemajuan substansial dalam produksi nikel di WBN. Hal ini tentunya tidak lepas dari fakta Weda Bay yang merupakan salah satu tambang nikel terbesar di dunia. Laporan terbaru Eramet mencatat sekitar +52% volume bijih nikel diproduksi di Indonesia.

Selain nikel, Eramet juga fokus pada mineral kritis lainnya dalam rantai nilai baterai EV, seperti lithium. Tahun ini, Eramet telah menandatangani nota kerjasama dengan Badan Geologi ESDM untuk melakukan studi bersama terkait potensi sumber daya lithium di Indonesia.

Di samping itu, pada tahun 2023, Eramet bersama Kalla Group, PowerCo, dan Stellantis membentuk konsorsium untuk pengembangan pusat kendaraan listrik ramah lingkungan, 'Responsible Green Electric Vehicle' (RGEV), di Indonesia, yang bertujuan untuk mengedepankan praktik ekstraksi dan pengolahan yang berkelanjutan.

Jérôme menekankan ke depannya Eramet akan fokus mengejar ambisi untuk menjadi pemain kunci di industri EV di Indonesia dengan memprioritaskan investasi dan pengembangan mineral kritis yang mendukung transisi energi, termasuk di antaranya nikel, lithium dan kobalt.

Sebagai operator tambang, dia menegaskan perusahaan berkomitmen mewujudkan praktik tambang berkelanjutan. Salah satunya melalui penerapan standar internasional Initiative Responsible Mining Assurance (IRMA), yang telah diakui secara global.

Di sisi lain, pemain besar nikel ini juga menyiapkan CSR Roadmap untuk tahun 2024-2026 bertajuk 'Act for Positive Mining' untuk memperkuat komitmen keberlanjutan tersebut.

"Eramet berkomitmen untuk memastikan pengelolaan tambang di Weda Bay Nickel mengikuti CSR Roadmap tersebut. Di tingkat global, Eramet telah menjadwalkan audit oleh IRMA di seluruh wilayah operasional kami," tegasnya.


(prf/ega)

Read Entire Article